Rastranews.id, Makassar – Barcelona mencatat kemenangan 3–1 atas Atletico Madrid, di Camp Nou, Rabu (3/12). Namun lebih dari sekadar skor, pertandingan ini memperlihatkan perbedaan besar dalam pemahaman struktur permainan.

Menurut analis sepakbola Tommy Desky, kemenangan Barcelona ditentukan oleh satu faktor yang paling menonjol. Yaitu ruang tengah Atletico yang terbuka lebar hampir sepanjang laga.

Sejak menit awal, Barcelona tampil sangat agresif dalam fase build-up. Meski memulai dengan formasi dasar 1-4-2-3-1, struktur permainan berubah menjadi 3-2-5 saat menguasai bola.

Gerard Martin, Cubarsi, dan Koundé membentuk garis pertama pembangunan serangan. Sementara Pedri dan Eric Garcia menjaga distribusi serta ritme sirkulasi sebagai double pivot.

Di area lebih tinggi, Raphinha dan Dani Olmo secara konsisten menyusup ke half-space untuk menarik struktur pertahanan Atletico keluar dari zona aman. Sebaliknya, Atletico yang tampil dengan formasi 4-4-2 tampak kesulitan menjaga stabilitas blok pertahanan.

Sepanjang pertandingan, mereka berkali-kali terpaksa turun menjadi lima bek karena tidak sanggup mengimbangi overload Barcelona di lini depan. Di titik inilah, kata Tommy Desky, Atletico mulai kehilangan kontrol.

Salah satu titik kritis terjadi ketika Dani Olmo berulang kali menarik Cardoso keluar dari posnya. Setiap kali Cardoso terpancing naik mengawal Olmo, jarak antar lini Atletico melebar dan tercipta ruang besar di depannya.

Celah ini dimanfaatkan Pedri dan Garcia untuk menerima bola di posisi bebas dan progresif. Gerard Martin beberapa kali mengirim umpan vertikal tanpa tekanan berarti karena blok 4-4-2 Atletico terlalu longgar dalam menjaga compactness.

Masalah Atletico justru memburuk setelah pergantian pemain. Masuknya Barrios dan Koke tidak menambah stabilitas.

Barrios beberapa kali kehilangan orientasi pengawalan antara Olmo dan Garcia. m
Membuat half-space kiri Atletico berubah menjadi jalur ekspres Barcelona.

Kondisi semakin kacau setelah Hansi Flick menukar posisi Raphinha dan Olmo. Atletico kehilangan referensi penjagaan, dan dari keunggulan inilah gol pembuka Barcelona lahir.

Upaya Atletico melakukan high press juga tidak membuahkan hasil. Setiap kali garis pertahanan mereka naik, Barcelona justru mendapatkan akses langsung ke belakang blok pertahanan melalui jalur passing terbuka menuju Olmo dan Raphinha.

“Pada fase ini, Atletico seperti membuka gerbangnya sendiri,” jelas Tommy dalam tulisannya di akun media sosialnya, dikutip Rabu (3/12/2025).

Meski tampil dominan, Barcelona tetap belum sempurna. Gol Atletico tercipta akibat kelemahan klasik yang kembali muncul musim ini.

Garis pertahanan terlalu tinggi dan tidak sinkron saat transisi. Flick masih perlu memperbaiki koordinasi lini belakang ketika tim berada dalam momentum menyerang.

Pada akhirnya, pertandingan ini memperlihatkan bahwa kemenangan Barcelona bukan hanya lahir dari kreativitas individu. Akan tetapi dari penguasaan struktur dan dinamika ruang.

Atletico gagal menjaga stabilitas 4-4-2 mereka di sektor tengah. Sementara fleksibilitas dan manipulasi ruang dari Olmo, Raphinha, dan Pedri membuat Barcelona menguasai laga di antara lini. (MU)