Rastranews.id, Makassar – Momentum Wisuda Program Sarjana Angkatan VI Institut ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan (INASS) Tahun Akademik 2024/2025, menjadi babak baru perjalanan lembaga pendidikan tinggi bernafaskan gerakan ‘Aisyiyah di Indonesia Timur.

Kegiatan yang digelar, pada Minggu (9/11/2025) di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar itu, sekaligus menandai launching resmi nama baru, dari sebelumnya Institut Parahikma Indonesia (IPI) menjadi Institut ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan (INASS).

Rektor INASS, Nurhayati Azis, SE., M.Si, dalam sambutannya menyampaikan bahwa momentum ini bukan sekadar pergantian nama, tetapi simbol transformasi institusi menuju kampus yang berkarakter, unggul, dan berkemajuan.

“Hari ini adalah momen istimewa. Sebelumnya, wisuda Angkatan I hingga V masih bernama IPI, dan pada wisuda Angkatan VI ini, kita resmi menjadi INASS. Ini bukan hanya peristiwa administratif, tapi juga penanda kerja keras, keberhasilan, dan semangat baru bagi seluruh civitas akademika,” ujar Nurhayati.

Transformasi menuju INASS, lanjutnya, mencerminkan pergeseran paradigma pendidikan tinggi Islam yang lebih progresif, kolaboratif, serta berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Launching yang dilakukan dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa itu menjadi penanda bahwa struktur baru INASS akan beroperasi dalam ekosistem akademik yang lebih terbuka terhadap jejaring nasional dan internasional.

Dalam konteks gerakan ‘Aisyiyah, perubahan tersebut juga memiliki makna filosofis yang dalam. Transformasi bukan sekadar upaya rebranding, tetapi perwujudan komitmen perguruan tinggi sebagai instrumen dakwah dan pencerahan umat.

Koordinator Kopertais Wilayah VIII Sulawesi, Maluku, dan Papua, Prof. H. Hamdan Juhanis, MA., Ph.D, menyambut baik peresmian INASS. Ia juga berpesan kepada para wisudawan agar menjadi sarjana yang mandiri dan berkarakter.

“Jadilah sarjana organik, yang tumbuh alami, tanpa dipupuk. Sarjana organik tidak lagi disubsidi orang tua, tapi sudah bisa mandiri. Jangan jadi sarjana yang tercerabut, tapi jadilah sarjana bening, jernih, yang enak dipandang dan mengesankan. Kalau tidak ada, dia akan dicari, bukan yang membuat penat dan pusing,” ungkapnya disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara itu, Ketua Majelis Dikti Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dr. Sulistyaningsih, S.Kes., MH.Kes, menegaskan bahwa wisuda bukan akhir dari proses belajar, melainkan awal dari pengabdian nyata di masyarakat.

“Gelar bukan tanda selesai, tapi tiket untuk masuk ke medan amal nyata,” tuturnya.

Acara ditutup dengan suasana haru dan kebersamaan. Para hadirin disuguhkan video reflektif perjalanan kampus serta kolaborasi lagu antara dosen dan mahasiswa yang menandai penutup wisuda Angkatan VI dan peresmian INASS sebagai simbol kebangkitan baru pendidikan tinggi ‘Aisyiyah di Sulawesi Selatan.(JY)