Rastranews.id, Makassar— Peringatan HUT ke-418 Kota Makassar tahun ini terasa istimewa dengan digelarnya Urban Farming Fest 2025, sebuah ajang inovatif yang menampilkan semangat ketahanan pangan dan ekonomi hijau berbasis masyarakat.

Pemerintah Kota Makassar terus mendorong inovasi lingkungan melalui program Urban Farming, yang menjadi strategi utama dalam menjaga ketahanan pangan perkotaan sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi warga.

Program unggulan yang dijalankan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (DP2) Kota Makassar ini mengusung konsep pemanfaatan lahan sempit menjadi ruang produktif, dengan menyatukan pengelolaan sampah organik, pertanian, dan perikanan dalam satu ekosistem terpadu.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan ketahanan pangan melalui pertanian lahan sempit.

“Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada Dinas Pertanian dan Perikanan atas program unggulan ini,” ujar Munafri saat membuka kegiatan Urban Farming Fest 2025 di Anjungan Pantai Losari, Senin (3/11/2025).

Kegiatan itu turut dihadiri oleh Ketua TP PKK Makassar, Melinda Aksa, Kadis Pertanian dan Perikanan Aulia Arsyad, Kadis Lingkungan Hidup, serta para camat dan lurah.

Munafri menjelaskan, sebagai kota besar dengan populasi sekitar 1,4 juta jiwa, Makassar tidak memiliki lahan pertanian luas. Karena itu, perlu inovasi dengan memaksimalkan potensi lahan sempit agar tetap produktif dan menopang pangan warga.

Ia mengungkapkan, Pemkot kini tengah mengintegrasikan sistem pengelolaan sampah dengan urban farming.

Sampah organik diolah menjadi pupuk dan pakan bernutrisi tinggi untuk mendukung kegiatan pertanian dan perikanan.

“Hari ini sudah berjalan di sejumlah kelurahan dengan 153 unit tempat pengelolaan sampah komunal. Ini langkah awal yang baik dan akan terus diperluas,” jelas mantan Bos PSM itu.

Sebagai contoh, di Kecamatan Panakkukang, sistem pengelolaan pakan berbasis sampah organik telah dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele.

Sekitar 600 ton ikan lele di lokasi tersebut membutuhkan 3 ton pakan dari sampah organik per hari.

“Sampah organik dari restoran dan pasar jangan dibuang, tapi diolah jadi pakan ikan atau ayam. Nilainya tinggi jika dikelola dengan baik,” tambahnya.

Munafri menyebut, konsep urban farming tak hanya tentang menanam, tetapi juga mencakup perikanan, peternakan, dan daur ulang sampah. Ia menyebutnya sebagai model ekonomi rumah tangga hijau yang berkelanjutan.

“Kita ingin membangun ekosistem lingkungan yang berputar: sampahnya terkelola, masyarakatnya berdaya, ekonominya tumbuh,” ucapnya.

Ia juga menekankan pentingnya penerapan konsep Zero Waste House, yakni rumah tangga yang mampu mengelola sampah secara mandiri.

Targetnya, tahun depan Pemkot akan memberi penghargaan bagi wilayah yang berhasil menerapkan konsep tersebut.

“Kalau tidak diintervensi, dua tahun lagi TPA kita overload. Karena itu, pengelolaan sampah harus dimulai dari rumah tangga,” tegasnya.

Selain itu, Wali Kota mendorong penggunaan teknologi pertanian modern agar produktivitas meningkat, serta melibatkan generasi muda untuk menjadikan urban farming sebagai peluang usaha baru.

“Teknologi pertanian kini bisa melipatgandakan produksi. Saya ingin anak muda melihat ini sebagai peluang usaha yang menjanjikan,” katanya.

Munafri juga menginginkan agar kegiatan urban farming dikembangkan menjadi event ekonomi dan edukatif, seperti pameran hasil pertanian dan tanaman hias di taman-taman kota.

“Kita bisa adakan pameran seperti di Lapangan Banteng Jakarta. Itu peluang besar bagi pelaku usaha tanaman dan ikan hias,” ujarnya.

Menurutnya, keberhasilan urban farming tak bisa dijalankan oleh DP2 saja, melainkan harus melibatkan semua elemen — mulai dari OPD, RT/RW, komunitas, hingga UMKM.

“Ketika sistem ini berjalan, Makassar bukan hanya hijau, tapi juga mandiri secara ekonomi,” tutupnya.

Sementara itu, Kadis Pertanian dan Perikanan Makassar Aulia Arsyad menuturkan bahwa Urban Farming Fest 2025 merupakan bagian dari peringatan
HUT ke-418 Kota Makassar.

Festival ini menjadi ajang edukasi, promosi, dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, serta pelaku usaha untuk memperkuat gerakan Makassar Zero Waste dan Green City.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, 3–4 November 2025, menampilkan berbagai kegiatan seperti pameran pertanian, lomba kreatif, hiburan rakyat, hingga layanan vaksin rabies untuk hewan peliharaan.

Sebanyak 21 booth turut berpartisipasi, terdiri atas instansi pemerintah, kelompok tani, UMKM, pelaku budidaya maggot, dan toko alat pertanian.

“Dengan memanfaatkan lahan sempit, kita ingin membuktikan bahwa Makassar bisa mandiri dan berdaya secara pangan,” ujar Aulia.

Sebagai simbol semangat menanam, dilakukan pula penyerahan bibit tanaman produktif kepada para camat se-Kota Makassar.

“Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan pertanian perkotaan berkelanjutan, dan semakin semarak pada Urban Farming Fest 2026 mendatang,” tutup Aulia. (MU)