Rastranews.id – Gencatan senjata di Gaza telah berlangsung selama tiga hari hingga, Minggu (12/10/2025). Semua pihak kini menanti usulan pertukaran sandera dan pertemuan puncak menuju perdamaian.

Presiden AS Donald Trump termasuk di antara para pemimpin yang diharapkan hadir di kota resor Laut Merah Mesir, Sharm El-Sheikh, pada hari Senin untuk menghadiri pertemuan puncak perdamaian Gaza yang diselenggarakan bersama oleh mitranya dari Mesir Abdel Fattah al-Sisi.

“Trump dan Sisi akan memimpin pertemuan puncak perdamaian Gaza. Pertemuan tersebut bertujuan “untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza, meningkatkan upaya untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, dan mengawali era baru keamanan dan stabilitas regional,” kata kantor kepresidenan Mesir.

Pada hari Minggu, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan bahwa sebuah dokumen yang mengakhiri perang di Jalur Gaza diharapkan akan ditandatangani selama pertemuan bersejarah tersebut. Namun, tidak ada satu pun pihak yang bertikai akan hadir.

Hal itu karena kantor Netanyahu menyatakan tidak ada pejabat Israel yang akan ambil bagian, menyusul konfirmasi sebelumnya dari Hamas yang menyatakan pihaknya juga tidak akan mengirimkan perwakilan.

Di antara mereka yang diharapkan hadir adalah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Raja Yordania Abdullah II, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan mitranya dari Turki Recep Tayyip Erdogan.

Di sisi lain, kesepakatan damai Gaza bergantung pada kepatuhan kedua belah pihak terhadap perjanjian untuk menukar sandera yang disita dari Israel dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dengan warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Israel dan Hamas mengatakan para sandera akan dibebaskan pada Senin pagi, sebelum batas waktu tengah hari (09.00 GMT) berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata yang diusulkan oleh Trump.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan bahwa Israel “siap untuk segera menerima semua sandera kami”.

Kantor perdana menteri mengatakan para tahanan Palestina akan “dibebaskan setelah Israel mendapat konfirmasi bahwa semua sandera kami yang akan dibebaskan besok telah melintasi perbatasan ke Israel”.

Sebelumnya, Hamas telah menyetujui tahap awal kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang mencakup pembebasan 48 sandera Israel dengan imbalan 250 tahanan Palestina dan 1.700 warga Gaza yang ditahan oleh Israel sejak perang pecah.

Laporan AFP  menyebut, Pejabat Hamas Osama Hamdan mengatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara hari Sabtu bahwa “pertukaran tahanan akan dimulai pada Senin pagi sesuai kesepakatan”.

Namun pejabat senior Hamas Hossam Badran mengatakan tahap kedua rencana tersebut, yang mencakup pelucutan senjata kelompok tersebut, “mengandung banyak kerumitan dan kesulitan”.

Sumber Hamas yang dekat dengan komite negosiasi kelompok itu mengatakan kepada AFP pada hari Minggu bahwa kelompok itu tidak akan berpartisipasi dalam pemerintahan Gaza pascaperang.

Sumber tersebut, yang meminta identitasnya dirahasiakan untuk membahas masalah-masalah sensitif, mengatakan gerakan Islam tersebut telah “melepaskan kendali atas Jalur Gaza”, tetapi menekankan bahwa wilayah tersebut “tetap menjadi bagian mendasar dari struktur Palestina”.

“Hamas setuju untuk gencatan senjata jangka panjang, dan senjatanya tidak akan digunakan sama sekali selama periode ini, kecuali jika Israel menyerang Gaza,” kata sumber tersebut.

Pejabat Hamas lainnya, yang juga berbicara dengan syarat anonim, sebelumnya mengatakan kepada AFP bahwa pelucutan senjata kelompok militan itu “tidak mungkin”. (AR)