Rastranews.id, Makassar – Ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD) melanda Sulawesi Selatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel, terjadi 5.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) per Agustus 2025, dengan total kematian 7 kasus.

Kota Makassar menjadi wilayah dengan kasus terbanyak (1.012 kasus), disusul Kabupaten Bulukumba (604 kasus) dan Takalar (543 kasus).

Perhatian utama tertuju pada Kabupaten Takalar yang mencatat angka kematian tertinggi dengan 4 kasus. Selain itu, juga tersebar di Jeneponto (1 kasus), Sidrap (1 kasus), dan Luwu Timur (1 kasus).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel, Yusri Yunus, mengatakan upaya pencegahan terus digencarkan untuk menekan laju kasus, terutama di daerah hotspot. Pihaknya telah merilis surat edaran resmi.

“Membuat surat edaran ke kabupaten kota tentang kewaspadaan penanggulangan Dengue,” katanya, Senin (6/10/2025).

Menurut Yusri, distribusi logistik juga dilakukan secara masif sebagai langkah penemuan dan pengendalian dini.

“Logistik seperti Rapid Diagnostic Test (RDT) Combo Dengue guna menemukan kasus DBD secara dini, mencegah kasus jatuh ke kondisi yang lebih berat. Insektisida sebagai bahan fogging, larvasidasi guna pengendalian vektor pada wilayah terdampak kasus Dengue,” jelasnya.

Selain dukungan logistik, pembinaan bagi fasilitas kesehatan di daerah terdampak juga diperkuat.
“Melaksanakan pembinaan bagi Puskesmas terdampak kasus DBD baik secara offline maupun online,” tegasnya.

Di tengah ancaman lonjakan kasus pasca-peralihan musim, Yusri mengimbau seluruh masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dan segera bertindak jika muncul gejala.

“Bila ada tanda-tanda demam, kurang nafsu makan, terjadi bintik-bintik, segera memeriksa diri ke puskesmas terdekat,” tandasnya.

Dalam lima tahun terakhir, kasus DBD di Sulsel tertinggi terjadi pada tahun 2024. Walaupun angka kasus pada 2025 cenderung tinggi, namun angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) mengalami penurunan. Sehingga hal ini menandakan, kenaikan kasus Dengue tidak selalu diikuti dengan kenaikan angka kematian. (HL)