Rastranews.id, Gaza – Serangan Israel di Jalur Gaza kembali memakan banyak korban jiwa.

Dalam 24 jam terakhir, sedikitnya 63 orang dilaporkan tewas dan 227 lainnya terluka.

Seorang bayi baru lahir dilaporkan meninggal di sebuah rumah sakit yang dikepung militer Israel.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, sedikitnya 66.288 orang tewas dan lebih dari 169.000 lainnya luka-luka.

Jumlah korban diyakini lebih tinggi karena ribuan jenazah masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.

Serangan di Kota Gaza dan Wilayah Lain. Militer Israel terus menggempur kawasan Kota Gaza di bagian utara Jalur Gaza, dengan serangan terbaru menargetkan lingkungan Sabra.

Sedikitnya tiga anak meninggal akibat serangan di wilayah tersebut.

Sejak fajar hingga Kamis (2/10/2025) pagi, total 22 orang tewas di berbagai wilayah Gaza, termasuk 16 warga di Kota Gaza.

Serangan juga menghantam kawasan al-Mawasi di Gaza selatan, menewaskan tujuh orang, serta dua korban lainnya di wilayah Ansar dekat Kota Gaza.

Di kamp pengungsi Nuseirat, dua orang meninggal setelah rumah mereka hancur akibat serangan udara.

Tim pertahanan sipil berhasil menarik satu korban selamat dari reruntuhan di dekat toko roti al-Hajj.

Kondisi fasilitas kesehatan di Gaza semakin kritis. Di Rumah Sakit Al Helou International, seorang bayi baru lahir meninggal dunia ketika rumah sakit tersebut dikepung pasukan Israel.

Menurut kantor berita Wafa, tiga bayi prematur berhasil dievakuasi dari rumah sakit tersebut.

Namun, masih ada 10 bayi lain yang menunggu pemindahan ke fasilitas medis yang lebih aman.

Situasi ini menambah beban psikologis bagi tenaga medis dan keluarga pasien di tengah serangan yang tiada henti.

Korban Luka Permanen Hampir 42.000

Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan hampir 42.000 warga Gaza mengalami luka permanen sejak serangan Israel dimulai hampir dua tahun lalu. Sekitar 25 persen korban adalah anak-anak.

Lebih dari 5.000 orang harus menjalani amputasi akibat luka serius. Kondisi ini meninggalkan trauma psikologis yang mendalam.

“Anak-anak yang kehilangan anggota tubuh akan membawa stigma dan penderitaan sepanjang hidupnya,” kata Dr Khamis Elessi, pakar rehabilitasi saraf kepada Al Jazeera

Ia menambahkan, banyak orang tua terpaksa menggendong anak-anak mereka yang terluka sambil berjalan hingga 10 kilometer untuk mencari tempat aman.

Di tengah memburuknya kondisi kemanusiaan, perhatian juga tertuju pada “rencana damai” yang ditawarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Survei terbaru menunjukkan 61 persen warga Israel mendukung rencana tersebut, meski banyak yang meragukan implementasinya.

Hamas kepada Al Jazeera menyatakan akan segera memberikan jawaban resmi setelah melalui konsultasi internal. (MA)