Rastranews.id, Makassar – Geliat pariwisata Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Agustus 2025 menunjukkan dua wajah yang bertolak belakang.

Di satu sisi, jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, melonjak signifikan.

Namun di sisi lain, sektor perhotelan justru merasakan hawa dingin dengan penurunan tajam tingkat okupansi kamar, terutama pada hotel-hotel berbintang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulsel, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Agustus 2025 mencapai 1.814 kunjungan, naik 27,12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) bahkan lebih menggembirakan, dengan 3,16 juta perjalanan, melonjak 24,34 persen secara tahunan.

Namun, gairah ini tidak berimbas pada sektor akomodasi. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang justru anjlok ke level 46 persen turun 8,59 poin dari Agustus 2024.

Rata-rata lama menginap tamu juga hanya 1,17 malam, mengindikasikan durasi kunjungan yang singkat.

Penurunan okupansi terjadi merata di hampir semua kelas hotel berbintang. Yang paling terpukul adalah hotel bintang 4 dan 5, yang TPK-nya anjlok tajam sebesar 17,36 poin. Hotel bintang 2 dan 1 juga tak luput, masing-masing mengalami penurunan 9,17 dan 8,57 poin.

Hotel non-bintang pun mengalami nasib serupa, dengan TPK turun menjadi 18,39 persen. Kondisi ini memunculkan pertanyaan tentang daya saing dan strategi pemasaran sektor perhotelan Sulsel di tengah membanjirnya kunjungan wisatawan.

Kekuatan pariwisata domestik menjadi penopang utama. Kota Makassar memegang peran sentral baik sebagai daerah asal (715,05 ribu perjalanan) maupun tujuan utama wisatawan (778,45 ribu perjalanan).

Selain Makassar, kabupaten yang menjadi favorit wisatawan adalah Gowa (436,79 ribu perjalanan), diikuti oleh Maros (215,89 ribu perjalanan), dan Bone (160,70 ribu perjalanan).

Data ini menunjukkan potensi penyebaran wisatawan yang mulai merata ke daerah penyangga ibu kota provinsi. (HL)