Rastranews.id, Makassar – Proses penjaringan aspirasi dan penilaian bakal calon rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) dirancang secara komprehensif dan transparan.
Melibatkan seluruh pemangku kepentingan melalui sistem lima zona dan dinilai oleh panelis berintegritas tinggi, mekanisme ini juga dibangun untuk memastikan praktik “mahar” tidak memiliki ruang untuk tumbuh.
Ketua Pokja Penyaringan, Prof. Hamka Naping, menekankan bahwa proses penjaringan aspirasi dirancang untuk menyentuh semua lini.
“5 zona itu mewakili seluruh rumpun ilmu yang ada di Universitas Hasanuddin, sehingga seluruh stakeholder kita harapkan memiliki kesempatan untuk memberikan input dan masukan kepada calon rektor kita,” jelasnya.
Kelima zona itu adalah Zona Pascasarjana, Zona Pertanian, Zona Kesehatan, Zona Sosial Humaniora, dan Zona Teknik.
Dalam forum inilah para bakal calon akan menyosialisasikan visi, misi, dan program kerjanya, sekaligus mendengarkan aspirasi langsung dari dosen, tendik, dan para senator yang hadir.
Aspek penilaian kertas kerja bakal calon juga menjadi perhatian serius dan dirancang untuk independen.
Prof. Hamka mengungkapkan bahwa sedang dilakukan proses seleksi ketat untuk tiga panelis yang akan membedah kertas kerja calon.
“Panelis yang akan membahas kertas kerja dari calon rektor kita itu terdiri atas 3 orang. 2 orang kita harapkan dari pusat, dari Jakarta, 1 mewakili Kementerian Dikti, 1 mewakili birokrat yang memiliki wawasan tentang universitas dan pendidikan tinggi, dan 1 panelis yang kita ambil dari lokal Universitas Hasanuddin,” paparnya secara rinci.
Panelis ini akan dipilih melalui sistem boboting terhadap indikator ketat seperti kapasitas akademik yang diakui secara nasional dan internasional, pengalaman mengelola universitas, serta independensi.
“Dari seluruh indikator ini kita akan bobot masing-masing orang yang ada di dalam list itu. Lalu nilai tertinggi akan kita minta dia untuk menjadi panelis,” tambahnya.
Proses ini memastikan bahwa kertas kerja bakal calon dinilai oleh orang-orang terbaik di bidangnya, berdasarkan kualitas dan visi mereka, bukan oleh pihak yang mudah dipengaruhi.
Dalam sesi tanya jawab, kekhawatiran tentang “mahar” kembali diangkat. Seorang pejabat Unhas menegaskan bahwa seluruh rangkaian proses yang telah dirancang, dari penjaringan aspirasi di zona hingga penilaian oleh panelis eksternal, adalah untuk menciptakan objektivitas.
“Kita berusaha untuk memilih rektor yang memiliki kapasitas yang luar biasa. Dan proses ini kita usahakan se-objektif mungkin, se-terbuka mungkin, dan se-kredibel mungkin. Jadi saya harap tidak ada cacat yang kita lakukan di dalam proses pemilihan rektor ini,” tegas Ketua Senat Akademik Unhas, Prof Bahruddin Thalib. (HL)