Rastranews.id, Makassar – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia diperkirakan mencapai 600.000 jiwa per tahun, angka yang jauh lebih tinggi dari catatan resmi sebelumnya yang berkisar di 250.000 kematian.
Fakta memprihatinkan lainnya, sekitar 6.000-7.000 bayi meninggal setiap tahun akibat penyakit jantung bawaan. Hal itu diungkapkan Budi Gunadi saat menghadiri Bakti Sosial dan Alih Iptek (Proctorship) dalam penanganan kasus kardiovaskular (kateterisasi dan operasi jantung) oleh Tim Dokter RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo bersama dengan Tim Kesehatan King Salman Humanitarian Aid and Relief Arab
Saudi (KSR), Selasa (2/9/2025).
Menyikapi tantangan besar ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak hanya berfokus pada penguatan fasilitas kesehatan tingkat lanjut, tetapi juga melakukan Revolusi Puskesmas dengan mengintegrasikan teknologi digital.
Lima pilar program inovasi Kemenkes untuk memerangi angka kematian penyakit jantung, yaitu menyiapkan 10.000 Puskesmas yang dilengkapi dengan fasilitas kecerdasan artifisial (AI) dan telemedicine pada tahun depan.
Teknologi ini memungkinkan puskesmas di daerah untuk melakukan konsultasi langsung dengan tenaga medis spesialis di kota besar ketika menemukan kasus gawat darurat. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko kematian hingga separuhnya.
Kemudian penguatan rumah sakit, dengan menargetkan 514 rumah sakit kabupaten untuk dilengkapi dengan peralatan angiografi (pemeriksaan pencitraan pembuluh darah jantung) yang didukung AI dan telemedicine.
“Hingga saat ini, jumlah RS kabupaten yang memiliki fasilitas ini telah meningkat dari 44 menjadi 150, dan ditargetkan hampir 500 RS akan memiliki kemampuan ini pada tahun 2027,” sebut Budi Gunadi,
Lalu menghadirkan bedah jantung terbuka di setiap provinsi, dengan memastikan 38 rumah sakit utama di setiap ibu kota provinsi mampu melakukan operasi jantung terbuka dengan minimal tiga prosedur, yaitu penggantian katup jantung, bypass, dan prosedur kompleks lainnya.
“Capaiannya signifikan, dari sebelumnya hanya 9 rumah sakit, kini telah berkembang menjadi 27 rumah sakit yang mampu melakukan operasi tersebut,” lanjut Budi Gunadi.
Keempat, menghadirkan 16-17 prosedur bedah mutakhir dengan menggunakan teknologi robotic surgery dan metalik. Teknologi ini memungkinkan operasi minimal invasif yang lebih presisi, dengan luka sayatan yang lebih kecil, masa pemulihan yang lebih cepat, dan tingkat keselamatan yang lebih tinggi bagi pasien.
Dan terakhir, inovasi tidak hanya pada alat, tetapi juga pada peningkatan keterampilan dokter dalam menguasai teknologi medis canggih dan prosedur kompleks, seperti penggantian katup dan prosedur pediatrik.
Menkes Budi juga menyampaikan harapannya bahwa kemitraan internasional, seperti dengan King Salman Humanitarian Aid and Relief Center (KSRelief) Arab Saudi dalam acara Bakti Sosial dan Alih Teknologi di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, dapat memperkuat program ini melalui pertukaran ilmu dan kolaborasi antar dokter dari kedua negara.
Dengan lima terobosan ini, Kemenkes berkomitmen untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dari tingkat primer hingga tersier, guna menekan angka kematian akibat penyakit jantung dan stroke di Indonesia. (HL)