Rastranews.id, Jakarta – Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ikrar Taruna, membeberkan 13 temuan di satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) terkait keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Ikrar meyampaikan 13 temuan itu dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI yang membahas kasus-kasus keracunan MBG pada Rabu (1/10/2025).

Dia mengatakan, 13 temuan itu ditelusuri berdasarkan laporan KLB keracunan makanan yang terjadi pada Agustus-September 2025.

Berikut ketigabelas temuan yang dicatat dari KLB keracunan makanan tersebut:

1. SPPG tidak memiliki standar Badan Gizi Nasional (BGN) dan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).

2. Pengendalian hama/vektor belum efektif.

3. Fasilitas pendingin bahan makanan tidak memadai (jumlah, kesesuaian suhu, dan kalibrasi).

4. Tempat pencucian dan fasilitas pengering ompreng tidak memadai.

5. Pembersihan peralatan dan tray kurang optimal.

6. Pembersihan bangunan dan lingkungan kurang optimal.

7. Pemilihan/penerimaan/penyimpanan bahan baku tidak sesuai standar.

8. Suhu dan waktu pemasakan tidak tercapai.

9. Tidak dilakukan pemantauan tahap kritis, di antaranya suhu lemari pendingin dan suhu internal produk.

10. Penjamah pangan belum terpapar pengetahuan terkait keamanan pangan.

11. Praktik baik selama proses pengolahan tidak dilaksanakan/tidak konsisten, misalnya penggunaan masker, sarung tangan, dan hair net (penutup kepala).

12. Distribusi makanan lebih dari 4 jam setelah proses pemasakan.

13. Distribusi MBG ke sekolah tidak berdasarkan urutan batch waktu pemasakan/makanan bercampur antar batch.

Sebagian besar SPPG kata Ikrar diduga menimbulkan keracunan tersebut belum lama beroperasi.

Berdasarkan data mereka, 18 dari 19 SPPG yang terkait kejadian KLB ternyata beroperasi kurang dari sebulan.

“Berdasarkan data kami sebagai pengawas, kejadian terjadinya masalah ratusan kasus dan ribuan anak-anak kita jadi korban karena di SPPG-nya yang menjadi problem. Dan mungkin mayoritas dari mereka belum memiliki sertifikat laik hygiene sanitation,” ucapnya.

“Data ini menunjukkan, 18 dari 19 SPPG yang bermasalah tadi ternyata itu semua yang masih menimbulkan masalah sekarang ini (keracunan makanan). Sehingga kita lihat mulai dari bulan Juli sampai dengan September awal ini, itu meningkat karena masalahnya di SPPG tersebut,”sambungnya.

Sementara, Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan, hingga 30 September 2025, jumlah korban keracunan makanan MBG total menjadi 6.457 orang.

Data tersebut berasal dari laporan pelaksanaan MBG di tiga wilayah, yakni 1.307 orang menderita keracunan di wilayah I (Pulau Sumatera), 4.147 orang keracunan di wilayah II (Jawa), dan 1.003 orang keracunan di wilayah III (Indonesia Timur). (MA)